Apakah Itu Puisi?

Menurut Sumardi, puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. Adapun kata Sudjiman puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra, serta penyusunan larik dan bait.

Secara umum, puisi adalah karya sastra yang mengandung ungkapan perasaan atau pikiran penulisnya.

Jenis-Jenis Puisi


  • Puisi lama


Puisi lama adalah jenis puisi yang terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam satu bait, rima, banyaknya suku kata dalam setiap baris, serta irama.

Ciri-ciri puisi lama:
  • Merupakan puisi rakyat yang tidak dikenal namanya pengarangnya (anonim)
  • Disampaikan dari mulut ke mulut sehingga merupakan sastra lisan
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris, rima, dan irama
  • Gaya bahasanya tetap dan klise
  • Isinya fantastis dan istanasentris
  • Puisi baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan, sehingga bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri puisi baru:
  • Pengarangnya diketahui
  • Berkembang secara lisan dan tertulis
  • Tidak terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris, rima, dan irama
  • Gaya bahasanya dinamis
  • Isinya tentang kehidupan pada umumnya

Unsur Puisi

Unsur Intrinsik

  1. Tema: gagasan pokok atau ide yang menjadi dasar suatu puisi.
  2. Tipografi: ukiran bentuk puisi, yaitu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana dalam puisi. Bentuk fisik puisi terbentuk atas tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata, dan bunyi.
  3. Nada: sikap penyair terhadap pembacanya, seperti persuasif, mendikte, menggurui, dan lain-lain.
  4. Perasaan: sikap pengarang terhadap tema dalam puisi, seperti simpatik, senang, kecewa, dan lain-lain.
  5. Enjambemen: pemotongan kalimat atau frasa diakhir larik, kemudian meletakkan potongan pada awal larik berikutnya.
  6. Akulirik: tokoh aku dalam puisi.
  7. Verifikasi: rima (persamaan bunyi) dan ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).
  8. Citraan: gambaran angan dalam puisi.
  9. Diksi: pemilihan kata-kata dengan cermat dan setepat mungkin oleh penyair.
  10. Kata konkret: pengunaan kata-kata bermakna denotatif.
  11. Gaya bahasa: penggunaan kata-kata bermakna konotatif.
  12. Amanat: pesan dari penyair kepada pembaca atau pendengar setelah memahami tema, makna, dan bunyi dalam puisi tersebut.

Unsur Ekstrinsik

  1. Biografi: riwayat hidup penulis.
  2. Nilai: seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain.
  3. Kemasyarakatan: situasi sosial ketika puisi dibuat.

Majas

Majas adalah bahasa indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang tujuan akhirnya ialah untuk memperoleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis. 

A. Majas Perbandingan


Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan juga pengaruhnya terhadap pendengar ataupun pembaca. Ditinjau atau dilihat dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas :

1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana. Berikut ini Espilen Blog sampaikan contoh majas asosiasi :

Contoh :
  • Semangatnya keras bagaikan baja.
  • Mukanya pucat bagai mayat.
  • Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama

2) Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara. Contoh majas metafora seperti berikut ini.

Contoh:
  • Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
  • Raja siang keluar dari ufuk timur
  • Jonathan adalah bintang kelas dunia.
  • Harta karunku (sangat berharga)
  • Dia dianggap anak emas majikannya.
  • Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.

Contoh:
  • Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
  • Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
  • Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.

4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.

Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.

Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.


5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.

Contoh:
  • Ia terkenal sebagai buaya darat.
  • Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
  • Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
  • Melati, lambang kesucian
  • Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh:
  • Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
  • Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
  • Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)

7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut:

a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.

    Contoh:
(a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b) Per kepala mendapat Rp. 300.000.

b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.

    Contoh:
(a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.


8. Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".

Contoh: 
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan 


Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Macam-macam Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.

Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.


2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.

Contoh:
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.


3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.

Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.


4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.

Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?


C. Majas Penegasan


Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.

Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.


2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.

Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.


3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.

Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban


4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.

Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.


5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin meningkat.

Contoh:
a) Semua pihak mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua pun mengikuti lomba Agustusan.
b) Ketua RT, RW, Kepala Desa, Gubernur, bahkan Presiden sekalipun tidak mempunyai berhak untuk mengurusi hal pribadi seseorang.


6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang makin lama semakin menurun.
a) Kepala sekolah, guru, staff sekolah, dan siswa juga hadir dalam pesta perayaan kelulusan itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.


7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.

Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?


D. Majas Sindiran


Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir seseorang.

Contoh:
a) Ini baru namana siswa teladan, setiap hari selalu pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu, saking bagusnya sampai tidak dapat Aku baca.


2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain

Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar seperti dirimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu yang tidak wajar itu.


3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.

Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

Contoh Puisi


Sesal
oleh: Syauqina

Di kala matahari tak kunjung bersinar
Dan detak di jantung tak lanjut berdentum
Ketika harta dunia kian hilang
Ketika kelalaian ibadah kian menghantui

Kemegahan membutakanku
Keindahan menulikanku
Ibadahku tinggalah hampa
Penyesalanku tinggal kata-kata

Tuhan
Aku tenggelam
Terbenam
Sesak dada diremuk kekecewaan

Godaan pahit dunia
Ukir jalan menjauhi akhirat
Kini aku tersesat
Sirna jalan menuju-Mu

Terinspirasi oleh Q.S At-Takatsur 102:1-8



Apa Itu Cerita Rakyat?

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari dan berkembang di kalangan masyarakat suatu daerah. Cerita rakyat disampaikan secara turun-temurun, secara lisan, dan pada umumnya bersifat anonim, atau pengarangnya tidak diketahui.

Jenis Cerita Rakyat

  1. Fabel
  2. Pelipur lara
  3. Dongeng
  4. Mitos
  5. Jenaka

Fungsi Cerita Rakyat

  1. Sarana hiburan
  2. Sarana pendidikan
  3. Alat kontrol sosial
  4. Pengukuhan solidaritas sosial
  5. Identitas kelompok
  6. Harmonisasi komunal
  7. Pengesahan kebudayaan
  8. Pemujian terhadap raja, pemimpin, dan orang-orang yang dianggap suci

ARYA MENAK

Asal cerita: Madura

Alkisah pada zaman dahulu kala di Pulau Madura hiduplah seorang pemuda yang bernama Arya Menak. Pemuda ini sangat gemar mengembara hingga ke tengah hutan belantara. Dalam pengembaraannya pada suatu malam saat bulan purnama, dia beristirahat di bawah pohon dekat sebuah danau yang jernih arinya. Saat itu ia melihat sebuah cahaya terang yang berpendar di tepi danau tersebut. Karana penasaran, perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Dan, alangkah terkejutnya dia ketika melihat bahwa cahaya tadi berasal dari pantulan tubuh tujuh orang bidadari yang sedang mandi sambil bersenda gurau.

Arya Menak pun langsung terpesona akan kecantikan mereka. Timbullah keinginannya untuk memiliki salah seorang diantaranya. Ia lalu berjalan mengendap-endap ke arah tumpukan pakaian para bidadari yang diletakkan begitu saja di bawah sebuah pohon. Kemudian, dengan secepat kilat Arya Menak mengambil salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu.

Selepas mandi, ketujuh bidadari itu segera bergegas keluar dari telaga untuk mengambil pakaian masing-masing. Setelah berpakaian mereka langsung terbang menuju langit ke tujuh. Namun, ada satu bidadari yang tidak dapat terbang karena selendang yang biasa digunakan untuk terbang tidak ada di tempatnya lagi. Sang bidadari yang ditinggal oleh kakak-kakaknya itu lantas duduk terpekur di bawah pohon sambil menangis. Ia sangat bersedih karena tidak dapat lagi terbang ke rumahnya.

Arya Menak yang dari tadi mengintip di balik semak-semak perlahan-lahan mendekatinya. Ia berpura-pura tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Setelah mendapat penjelasan singkat dari sang bidadari, Arya Menak segera berkata, “Ini mungkin memang sudah menjadi kehendak para dewata agar engkau berdiam di bumi untuk sementara waktu. Jadi, janganlah engkau bersedih hati. Aku akan selalu menemani dan menghiburmu.”

Sang bidadari rupanya percaya dengan ucapan Arya Menak. Ia tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan untuk tinggal di rumahnya. Singkat cerita, beberapa bulan kemudian Arya Menak melamar sang bidadari. Mereka kemudian hidup sebagai pasangan suami isteri.

Oleh karena bukan seorang manusia biasa, maka sang bidadari tentu saja mempunyai kekuatan gaib. Salah satu contohnya, ia dapat menanak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Namun syaratnya, ketika akan menanak nasi siapapun tidak ada yang boleh menyaksikannya, termasuk Arya Menak suaminya sendiri.

Dikisahkan, Arya Menak penasaran sebab beras di lumbungnya tidak bernah berkurang meskipun selalu diambil untuk dijadikan makanan. Ketika isterinya sedang mencuci pakaian di sungai, Arya Menak langsung masuk ke dapur untuk membuka panci tempat isterinya biasa menanak nasi. Tindakan ini ternyata membuat kekuatan gaib isterinya menjadi lenyap. Mulai saat itu, Sang Bidadari harus mengambil beras dalam jumlah banyak di lumbung. Lama-kelamaan beras di dalam lumbung menjadi berkurang.

Suatu hari, sang bidadari menjadi terkejut ketika akan mengambil beras yang hanya tersisa sedikit lagi di sudut lumbung. Ia melihat selendangnya yang hilang tersembul di bawah tumpukan beras. Ia lalu mengambil dan segera mencucinya. Setelah itu, sang bidadari langsung mengenakan selendangnya dan terbang ke langit.

Saat Arya Menak pulang ke rumah, ia menjadi bingung karena isterinya tidak ada dan makanan pun belum disediakan. Ia lalu mencari ke sekeliling rumahnya. Pada saat berada di lumbungnya, Arya Menak menjadi sangat terkejut. Selendang milik isterinya yang selama ini ia sembunyikan di sudut lumbung telah raib dari tempatnya. Arya Menak akhirnya sadar bahwa sang bidadari telah menemukan selendangnya dan terbang kembali ke langit. Ia sangat menyesal. Dan, sejak saat itu Arya Menak bersumpah bahwa ia dan seluruh keturunannya akan berpantang untuk memakan nasi.

Pesan dalam cerita:


  • Jangan melanggar amanah yang telah diberikan oleh orang lain kepada kita.
  • Apabila kita mengambil suatu hal yang bukan merupakan hak kita, maka kita akan merugi pada akhirnya.

Apa Itu Wawancara?


Wawancara adalah tanya jawab yang berlangsung antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan informasi, baik itu keterangan atau pendapat mengenai suatu hal, dari sang narasumber. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai masukan sebuah penelitian atau untuk dimuat di media massa (koran, tabloid, televisi).

Unsur-Unsur Wawancara

  1. Narasumber adalah orang/pihak yang diwawancarai. Kedudukan narasumber adalah sebagai pemberi informasi. Narasumber biasanya terkait dengan topik informasi yang diperlukan (mewawancarai mahasiswa jurnalistik mengenai media massa atau dokter mengenai wabah ebola). Narasumber dapat berupa ahli, tokoh, atau orang awam.
  2. Pewawancara adalah orang/pihak yang mewawancarai. Tugasnya adalah untuk mencari informasi yang dibutuhkan dari narasumber, sehingga banyaknya informasi yang didapatkan tergantung dari sang pewawancara sendiri.
  3. Tema adalah hal yang ditanyakan. Tema memiliki peran penting sebagai pokok dan pembatas hal-hal yang dibicarakan.
  4. Waktu atau tempat dan kesempatan wawancara. Sebelum kegiatan dilaksanakan hendaknya membuat janji terlebih dahulu dengan narasumber.

Langkah-Langkah Wawancara

I.  Tahap Persiapan
  1. Menentukan tujuan wawancara.
  2. Menentukan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan wawancara.
  3. Menentukan narasumber.
  4. Menghubungi narasumber untuk menentukan tempat dan waktu wawancara, serta cara pelaksanaan wawancara dan detil lainnya.
  5. Menyusun pokok-pokok pertanyaan yang hendak digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
II.  Tahap Pelaksanaan
  1. Memperkenalkan diri serta mengemukakan alasan dan tujuan wawancara.
  2. Mengajukan pertanyaan mengikuti aturan yang berlaku dan dengan sopan, baik secara penampilan maupun secara bahasa.
  3. Mengenal identitas narasumber lebih jauh.
  4. Mengajukan pertanyaan secara sistematis, jelas, dan singkat.
    • Jumlah pertanyaan disesuaikan dengan waktu dan situasi.
    • Mengajukan pertanyaan dengan ramah untuk menciptakan suasana yang nyaman dan ramah dengan narasumber.
    • Pewawancara hendaknya berperan sebagai pihak netral--bersikap objektif dan tidak memihak sisi manapun pada suatu pendapat, peristiwa, atau konflik yang mungkin dikemukakan oleh narasumber.
    • Tidak mempengaruhi emosi, sikap, atau pendirian narasumber.
  5. Mencatat jawaban yang dikemukakan oleh narasumber.
  6. Mengakhiri wawancara dengan kesan yang baik dengan cara mengucapkan terima kasih dan salam.
III.  Tahap Akhir

Laporan wawancara disusun pada tahap akhir dan terdiri atas bagian-bagian berikut:
  1. Tema wawancara
  2. Tujuan wawancara
  3. Identitas narasumber
  4. Ringkasan wawancara yang dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk narasi.

Contoh Wawancara

Hari/Tanggal: Selasa, 17 Maret 2015
Waktu: 15.45 WIB
Narasumber: Hanif Alhady
Pewawancara: Syauqina Fakhira
Tema: Workshop Biotechnology


T : Sore, boleh minta waktunya sebentar? Untuk wawancara tentang workshop tadi.
J : Silakan.
: Kalau boleh tau, kenapa mau ikut workshop ini?
: Ya, menurut saya sih, workshop ini benar-benar seru, menarik, sama bagus buat menambah pengalaman.
: Tadi sama Pak Arief membahas apa aja?
: Wah, banyak. Kita bahas iGem--kompetisi internasional gitu yang adanya di Boston buat bioteknologi. Bahas struktur dasar DNA juga, sama bahas cara ngerjain eksperimen buat hari Rabu nanti. Jujur aja, kurang ngerti-ngerti juga.
: Jadi kesannya apa terhadap workshop tadi?
: Pusing. Capek. Tapi emang menarik sih, jadi enggak terlalu kerasa.
Nah, setelah mengikuti workshop hari pertama ini, timbul tidak minat untuk bioteknologi?
: Ada, maunya habis SMA ini lanjutnya kuliah bioteknologi, kalo bisa di SGU.
: Terakhir nih, tadi kalian diberi tahu tentang kompetisi iGem yang tahun ini dilaksanakan bulan September di Boston. Kalo diberi kesempatan, mau ikut tidak?
: Mau! Kalau bisa, timnya sama Qinqin, Daffa, Taqwa, Raina--pokoknya semua anak kelas X MIA B yang ikut workshop tadi. Biar menang juara umum ceritanya.
: Oke, itu aja pertanyaanya. Terima kasih ya.
: Sip.


Kesimpulan

Sejumlah 29 siswa-siswi kelas X, XI, dan XII IPA SMAI Sinar Cendekia mengikuti Workshop Biotechnology: Robot Assembly yang diselenggarakan oleh pihak sekolah pada hari Selasa dan Rabu, 17-18 Maret 2015. Workshop tersebut dihadiri oleh Dr. Arief Budi Witarto dari Universitas Teknologi Sumbawa yang telah berhasil membawa timnya, Sumbawagen, menuju kemenangan pada kompetisi iGem--International Genetically Engineered Machine--tahun lalu di Boston. Dengan adanya workshop tersebut, SMA Sinar Cendekia berharap dapat mengirim tim untuk berpartisipasi dalam iGem tahun ini.

Salah satu peserta workshop ialah Hanif Alhady, akrab dipanggil Hanif, murid kelas X MIA B yang mengaku mengikuti workshop tersebut tidak hanya karena merasa tertarik, tetapi juga untuk menambah pengalaman. Ia juga berminat untuk melanjutkan pendidikannya nanti di bidang Bioteknologi, lebih tepatnya di SGU. Hanif juga berminat untuk mengikuti kompetisi iGem bersama dengan teman sekelasnya. Akan tetapi, ia merasa kebingungan dengan materi yang diberikan oleh Dr. Arief, serta merasa pusing dan capek. 

Seperti Hanif, hampir seluruh murid yang mengikuti workshop berminat untuk mengikuti kompetisi iGem. Dr. Arief juga menyatakan bahwa dengan mengikuti kompetisi seperti iGem, terlebih lagi jika mendapatkan medali, akan membantu murid dalam mendaftarkan diri ke universitas ternama, seperti MIT atau Harvard, dan juga membantu dalam mendapatkan beasiswa. Namun, banyak rintangan yang harus dihadapi murid, seperti peralatan lab yang terbatas, kurangnya pengetahuan atas materi tersebut, serta uang pendaftaran yang harus dibayar, yakni 4000 USD per tim. Walaupun tidak mengikuti kompetisi iGem, Workshop Biotechnology ini sendiri sudah menawarkan banyak ilmu dan pengalaman, baik dalam bentuk teori maupun dalam bentuk praktek.


Foto bersama setelah hari kedua selesai

Powered by Blogger.

Popular Posts